Total Tayangan Halaman

Sabtu, 01 Juni 2013

Toba na Sae

Perkampungan di Toba
Persawahan  di pinggir Danau Toba (1900?)
Toba na sae berarti "yang terbuka" atau "yang lapang", secara lisan diartikan sebagai kecintaan kepada Toba sebagai kampung halaman. Toba (Negeri Batak) terletak di punggung Bukit Barisan dengan ketinggian 1500-2000 m di atas permukaan lain dan beriklim sejuk. Dahulu Toba dibagi atas 4 distrik yaitu: Samosir,Toba Holbung (Balige-Porsea), Humbang (dataran tinggi di bagian barat Danau Toba) dan Silindung-Pahae. Kegiatan masyarakat (pemerintahan?) diatur oleh bius (desa). Pada abad ke-19, terdapat 150 bius di empat distrik tersebut. Di bawah pengaruh Belanda bius diubah menjadi negeri yang dipimpin oleh seorang kepala negeri disebut Jaihutan yang artinya dipatuhi atau diikuti. Beberapa bius yang kecil digabung sehingga muncullah 142 negeri. 

Sisingamangaraja
Sisingamangaraja I-X berdiam di sebuah huta bernama Lumbanpande dekat pantai danau Toba. Di sinilah Kerajaan Sisingamangaraja berpusat sampai dihancurkan oleh serangan Padri pada 1820. Sisingamangaraja XI memindahkan pusat kerajaan ke Lumbanraja yang kemudian diserbu Belanda pada 1883.
Danau Toba (2000-an)
Sisingamangaraja XII mengundurkan diri ke sebuah tempat bernama Lintong di perbatasan dengan Dairi dan pindah lagi ke Pearaja (Lumbanraja), Parlilitan ketika Belanda juga menyerbu Lintong tahun 1889. Sisingamangaraja X sendiri hilang ketika pertempuran melawan Padri-Bonjol dan tidak pernah diketahui sampai sekarang.


Bale Pasogit Partonggoan, rumah ibadah
Parmalim di Hutatinggi
Di Kabupaten Toba Samosir (Hutatinggi dan Laguboti) ditemukan kepercayaan Ugamo Malim. Penganutnya disebut Parmalim. Mereka meyakini keberadaan Tuhan dengan menyebutnya sebagai Debata Mulajadi Nabolon. Keberadaan Parmalim masih eksis sampai saat ini. Pengikutnya meyakini bahwa ajaran ini adalah suci (malim) dan mereka ada penjaga dan pewaris kesucian (hamalimon) itu. Tidak heran jika mereka mendapat julukan sebagai "para penjaga tradisi". UU No. 23/2006 memberikan kesempatan kepada Parmalim untuk dicatat sebagai warganegara  melalui kantor catatan sipil. Hutatinggi merupakan wilayah dari Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, sekitar 1,5 km dari jalan raya Medan-Balige. Ajaran Malim pertama kali dipimpin oleh Raja Mulia Naipospos yang menerimanya dari Sisingamangaraja XII. Rumah ibadah Parmalem disebut Bale Pasogit Partonggoan atau sering disebut dengan Bale Partonggoan saja.

Bacaan lebih lanjut: 
  1. "Toba Na Sae", Sitor Situmorang, Komunitas Bambu, 2009;
  2. "Tradisi Masyarakat Parmalim di Toba Samosir", Sri Alem Sembiring, Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh, 2012;

1 komentar:

  1. bagus sekali ... sejarah yang memukau ..
    utk gedung haritage di medan, sejauh mana gedung2 itu bisa dikelola
    mohon petunjuk

    BalasHapus